top of page

Musium Mahameru

Musium Mahameru merupakan salah satu objek wisata sejarah yang berada dikabupaten Blora. Museum Mahameru berada di dalam kompleks Taman Rekreasi Tirtonadi. Sehingga cukup mudah dijangkau wisatawan karena cukup dekat dengan Alun-alun Blora. Bangunan Museum Mahameru ini memiliki dua lantai dengan ratusan koleksi, dimana di lantai bagian bawah diantaranya menyimpan gerabah, lukisan dan karya seni lainnya, benda peninggalan dari jaman kolonial, dan foto lama. Ada pula bayonet bekas Tentara Jepang, serta buku primbon pasolatan.

      Koleksi paleontologi terdiri dari fragmen fosil gajah purba, maupun kerbau purba yang merupakan nenek moyang banteng jawa dan kerbau sekarang. Kabupaten Blora memang kondang sebagai salah satu daerah sebaran fosil di Jawa Tengah. Oleh sebab itu ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional sebagai kawasan studi purba. Terbaru dari cerita fosil Blora adalah penemuan fosil gajah purba di Desa Medalem oleh Tim Vertebrata, Museum Geologi, Bandung pada tahun 2009. Boleh dibanggakan karena ini temuan terlengkap selama seratus tahun terakhir. Satu dari dua replika diserahkan kepada Pemkab Blora pada saat peringatan ulang tahun Museum Geologi ke-85 baru-baru ini.

​

      Koleksi arkeologi berupa arca Ganesha, Agastya, Mahakala, Gana yang telah aus. Sebuah yoni tidak dalam kondisi lebih baik. Hiasan atap candi asal Desa Kamolan masih lumayan. Koleksi logam berupa arca budha, lampu gantung, pakinangan. Meski arca-arca ditemukan termasuk Siwa di Jalan Tentara Pelajar, Blora Kota, tapi kemana candi-candinya. Apakah karena di sini candi dibuat dari batubata sehingga tidak bertahan halnya batu.

      Koleksi keris disertai penjelasan tahapan pembuatan keris. Dimulai dari membesot (membersihkan besi dengan cara pembakaran dan penempaan), mencampur besi dan nikel menjadi lapisan pamor, membuat kodokan bilah keris, membentuk bakalan keris, grabahi yaitu membuat ricikan dan cembung cekungnya bilah keris, menghaluskan keris, menyepuh yaitu membuat besi menjadi kelihatan tua dan menjadi keras, terakhir adalah marangi agar keris tidak mudah berkarat. Tentang keris sekali diceritakan Pram yang ternyata lahir di Blora. Saat pendudukan, keris dan pedang dirampas Jepang. Dia lalu disuruh ayahnya menyerahkan keris ke kantor asisten wedana. 'Di sana aku lihat satu ruangan telah penuh dengan keris,' tutur Pram. Namun ketika 'Keris Tuan Toer' diserahkan, si pejabat menyuruh Pram membawanya kembali. 'Kyai Bedor tidak disita,' kenangnya dalam Nyanyi Sunyi Seorang Bisu.

Beliung Persegi (kanan bawah)

Koleksi Keris

  • Facebook - White Circle
  • Twitter - White Circle
  • Instagram - White Circle

© 2018, Konvergensi Media Mustika Tourism by Anggitya Dwi dan Kartika Ulfa

bottom of page